Saturday, April 9, 2016
Home »
» Rajanya para wali Syaikh Abdul Qodir Jailani
Rajanya para wali Syaikh Abdul Qodir Jailani
Rajanya para wali Syaikh Abdul Qodir Jailani. Siapakah dari kaum muslimin saat ini yang tidak mengenal sosok ulama besar Syaikh Abdul Qodir Jaelani?
Nama yang sudah mashur dan dikenal oleh para santri di pondok-pondok pesantren, bahkan dari kalangan masyarakat awampun sosok dan nama Syaikh Abdul Qodir Jailani sudah tidak asing lagi di telinga mereka.
Kemasyhuran nama beliau ini disebabkan karena keutamaan dan jasa-jasa beliau terhadap umat dalam menyebarkan dan membela aqidah ahlus sunnah wal jama’ah (hal ini bisa dilihat dalam kitabnya yang terkenal “Ghunyah Li Thalibi Thariqil Haq”, bahkan beliau pun telah membantah dengan tegas terhadap orang-orang yang menyelisihi sunnah).
Sehingga tidaklah mengherankan jika nama Syaikh Abdul Qodir Jailani disanjung dan dicintai oleh kaum muslimin, sampai saat sekarang ini. Beliau adalah seorang alim yang beraqidah ahlus sunnah mengikuti jalan salafush shalih, lahir di Baghdad pada tahun 470H, tepatnya di kota Jailan, karenanya di akhir nama beliau ditambahkan kata al Jailani. Allah telah memberikan keberkahan dan karomah kepadanya karena keimanan dan ketakwaannya. Hanya saja sebagian dari kaum muslimin yang ghuluw (berlebih-lebih) dalam mengagungkan Syaikh Abdul Qodir Jailani telah membuat kedustaan-kedustaan atas nama beliau. Kedustaan itu baik berupa kisah-kisah, perkataan-perkataan, ajaran-ajaran dan keyakinan-keyakinan yang menyelisihi ajaran Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya.
Sebagaimana kedustaan-kedustaan atas nama Syaikh Abdul Qodir Jailani ini telah tersebar di Indonesia yang dikemas dalam suatu acara atau budaya ritual yang dikenal dengan nama “manaqiban”.
“Manaqiban” adalah pembacaan autobiografi (riwayat hidup) Syaikh Abdul Qodir Jailani untuk mengenang beliau dan mengambil hikmah dari kisah-kisah ritual yang beliau alami dimasa hidupnya.
Kegiatan ini sudah menjadi acara tradisi yang dianggap oleh mereka sebagai bentuk jalinan kecintaan untuk terus-menerus menyambung tali silaturahmi dengan Syaikh Abdul Qadir al Jailani yang dikenal dikalangan mereka dengan “shulthonul auliya” (Rajanya para wali).
Banyak sekali kisah-kisah palsu tentang karomah-karomah Syaikh Abdul Qodir Jailani dalam manaqiban yang sering mereka baca, diantaranya adalah, kisah Syaikh Abdul Qodir Jailani menghidupkan ayam yang telah mati, merebut ruh yang telah dicabut oleh malakul maut di atas langit dan dikembalikan kejasadnya semula, berdialog dengan kambing dll, semua kisah-kisah dusta tsb mereka konsumsi mentah-mentah dan diyakini kebenarannya, lebih dari itu mereka memiliki anggapan bahwa “Syaikh Abdul Qodir Jailani derajatnya berada di atas Nabi Muhammad shalallohu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana halnya (menurut mereka) bahwa Khidir yang menjadi wali Allah memiliki kedudukan, wawasan dan ilmu yang lebih tinggi dari pada Musa yang menjadi Rasul Allah.
Sungguh argumen yang sangat keliru, karena bertentangan dengan dalil-dalil syar’i yang menyatakan bahwa Muhammad shalallohu ‘alaihi wa sallam adalah pemimpin para nabi dan rasul, manusia yang paling mulya di sisi Allah dari seluruh manusia dan makhluk lainnya.
Ada juga sebagian mereka yang menjadikan Syaikh Abdul Qadir Al Jailani sebagai wasilah (perantara) dalam berdo’a kepada Allah, mereka beranggapan bahwa do’a seseorang tidak akan dikabulkan oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala, kecuali dengan perantaraan Syaikh Abdul Qodir Jailani. Perbuatan ini merupakan salah satu dari yang membatalkan keislaman seorang muslim menurut kesepakatan para ulama (ijma’), berdasarkan firman Allah di dalam al quran,
“Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan Kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.” (az zumar:3)
Berikut adalah kutipan dari ucapan seorang mursyid (pembimbing) di acara manaqiban suryalaya Tasikmalaya,
“Meskipun didalam manaqiban terdapat bermacam-macam karomah Syaikh Abdul Qodur Jailani yang berada diluar kebiasaan manusia, kita harus percaya dan jangan ragu-ragu, karena itulah karomah. Di dalam al-Qur’anpun bermacam-macam keluarbiasaan dari seorang manusia yang telah dimuliakan oleh Allah bisa kita baca seperti dalam kisah Ashabul Kahfi, kisah Siti Maryam dan lain-lain. Mereka bukanlah Rasul yang diberikan mu’jizat tapi hanya seorang yang telah dimuliakan oleh Allah dengan karomahnya. Syaikh ‘Abdul Qodir Jailani mengatakan, barang siapa yang ingin berhubungan denganku, ingin aku sampaikan kepada Allah permohonanmu, maka ucapkanlah : Bismillaahi, ‘alaa niyyati sayyidi syekh ‘abdul Qodir Jailani.” (Suatu pendustaan yang mengatas namakan syaikh Abdul Qodir Jailani).
Sama halnya dengan orang yang langsung meminta (berdo’a) kepada Syaikh Abdul Qodir Jailani untuk dihilangkan kesempitan dan dipenuhi segala kebutuhannya. Inipun bentuk pendholiman kepada Allah Ta’ala, karena doa adalah ibadah sedangkan ibadah itu tidak boleh diperuntukkan kecuali hanya untuk Allah Ta’ala. Maka ketika meminta (berdoa) kepada selain Allah berarti itu adalah syririk dan pendholiman yang paling agung. Allah berfirman, “Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagi kalian. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina” (Ghafir:60).
Selain itu, merekapun senang memajang gambar syaikh Abdul Qodir Jailani di setiap tempat penting/utama, karena mereka meyakini “ada keberkahan dari gambar tsb”. Benarkah gambar yang mereka pajang itu, asli gambar Syaikh Abdul Qodir Jailani ataukah rekaan?(Itupun masih tanda tanya).
Rasulullah shalallohu alaihi wa sallam telah bersikap tegas dalam masalah ini, sebagaimana diriwiyatkan dari Aisyah Radiyallahu ‘anha, ia berkata: Rasulullah masuk menuju saya dan saya menutup bilik dengan tirai tipis bergambar (dalam riwayat lain : menggantungkan tirai tipis bergambar kuda bersayap…), maka ketika beliau melihatnya, beliau -shalallohu ‘alaihi wa sallam- merobeknya dan dengan wajah merah padam, beliau bersabda , “Hai Aisyah, manusia yang paling keras disiksa di Hari Kiamat adalah mereka yang meniru ciptaan Allah.” Kata Aisyah: “Maka kami memotong-motongnya lalu menjadikannya satu atau dua bantal.” (Bukhori & Muslim).
Dalam riwayat yang lain dari Ibnu Abbas Radiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shalallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “ Malikat tidak masuk rumah yang didalamnya ada anjing dan gambar” (HR Bukhari & Muslim, dengan lafadz Muslim).”
al hasil, mereka lebih senang merutinkan membaca “manaqiban” (kisah-kisah dusta) daripada membaca Al quran (kalam Allah) yang mulya, sesungguhnya syetan secara perlahan-lahan telah menggiring mereka untuk meninggalkan Al quran dan sunnah serta menjadikan “manaqiban” sebagai pijakan hidup dan aqidah mereka. Sungguh realita yang sangat menyedihkan sekali. Nas alulloha alhidayata wattaufiqo.
Penulis Deden Wahyudin, S.Pd.I
0 comments:
Post a Comment