Tuesday, March 22, 2016
Home »
» Malaikat Hafadzah membawa catatan amal manusia ke langit
Malaikat Hafadzah membawa catatan amal manusia ke langit
Pada kesempatan kali ini Putri akan menceritakan tentang malaikat Hafadzah
Ibnu Mubarak menceritakan bahwa Khalid bin Ma’dan RA berkata kepada Muadz RA, Mohon diceritakan hadits Rasulullah yang engkau hafal dan yang engkau anggap paling berkesan. Hadits manakah menurut Tuan?”
Jawab Muadz : “Baiklah, akan aku ceritakan.”
Selanjutnya, sebelum bercerita, beliau menangis. Kemudian kata beliau : “Ehm, rindu sekali aku dengan Rasulullah, rasa-rasanya ingin segera bertemu.” Kata beliau selanjutnya: “Tatkala aku menghadap Rasulullah, beliau menunggang unta dan menyuruhku agar naik di belakang beliau.
Kemudian berangkatlah kami dengan kendaraan itu. Selanjutnya beliau menengadah kelangit dan bersabda:
“Puji syukur kehadirat Allah yang berkehendak atas makhluknya, ya Muadz!”
Jawabku: “Ya, Sayyidul Mursalin.”
Kata beliau selanjutnya: “Sekarang aku akan mengisahkan satu cerita kepadamu. Apabila engkau hafalkan, akan sangat berguna bagimu. Tetapi jika kau anggap remeh, maka kelak di hadapan Allah engkau tidak mempunyai hujjah.”
“Hai Muadz! Sebelum menciptakan langit dan bumi, Allah telah menciptakan tujuh malaikat. Pada setiap langit terdapat seorang malaikat penjaga pintu dan setiap pintu langit dijaga oleh seorang malaikat, menurut derajat pintu dan keagungannya.”
“Dengan demikian, malaikatlah yang memelihara amal si hamba. Kemudian sang pencatat membawa amalan si hamba ke langit dengan kemilau cahaya bak matahari.”
“Sesampainya pada langit tingkat pertama, malaikat Hafadzah memuji amalan-amalan itu. Tetapi setibanya pada pintu langit pertama, malaikat penjaga pintu berkata pada malaikat Hafadzah :
“Tamparkan amal ini ke muka pemiliknya. Aku adalah penjaga orang-orang yang suka MENGUMPAT. Aku diperintahkan agar menolak amalan orang yang suka mengumpat. Untuk mencapai langit berikutnya aku tidak mengizinkan ia melewatiku.”
Keesokan harinya, kembali malaikat Hafadzah naik ke langit membawa amal shalih yang berkilau, yang menurut malaikat Hafadzah sangat banyak dan terpuji. Sesampainya ke langit kedua (ia lolos dari langit pertama, sebab pemiliknya bukan pengumpat), penjaga langit kedua berkata :
“Berhenti, dan tamparkan amal itu ke wajah pemiliknya. Sebab ia beramal dengan MENGHARAP DUNIA. Allah memerintahkan aku agar amalan itu tidak sampai ke langit berikutnya.”
Maka para malaikat melaknat orang itu.
Hari berikutnya, kembali malaikat Hafadzah naik ke langit membawa amalan seorang hamba yang sangat memuaskan, penuh sedekah, puasa, dan berbagai kebaikan, yang oleh malaikat Hafadzah dianggap sangat mulia dan terpuji. Sesampainya di langit ketiga, malaikat penjaga berkata:
“Berhenti! Tamparkan amal itu ke wajah pemiliknya. Aku malaikat menjaga KIBR (SOMBONG). Allah memerintahkan aku agar amalan semacam ini tidak melewati pintuku dan tidak sampai ke langit berikutnya. Itu karena salahnya sendiri, ia takabbur di dalam majlis.”
Singkatnya, malaikat Hafadzah naik ke langit membawa amal hamba lainnya. Amalan itu bersifat bak bintang kejora, mengeluarkan suara gemuruh, penuh dengan tasbih, puasa, shalat, ibadah haji, dan umrah. Sesampainya di langit keempat, malaikat penjaga langit berkata :
“Berhenti! Tamparkan amal itu ke wajah pemiliknya. Aku adalah malaikat penjaga UJUB. Allah memerintahkan ku agar amal ini tidak melewatiku. Sebab amalnya selalu disertai ujub.
Kembali malaikat Hafadzah naik ke langit membawa amal hamba yang lain. Amalan itu sangat baik dan mulia, jihad, haji, umrah, sehingga berkilauan bak matahari. Sesampainya pada langit kelima, malaikat penjaga mengatakan :
“Aku malaikat penjaga sifat HASAD. Meskipun amalannya bagus, tetapi ia suka iri dengki dengan orang lain yang mendapatkan kenikmatan dari Allah SWT, berarti ia membenci yang meridhoi, yakni Allah. Aku diperintahkan Allah agar amalan semacam ini tidak melewati pintuku.”
Lagi, malaikat Hafadzah naik ke langit membawa amal seorang hamba. Ia membawa amalan berupa wudhu yang sempurna, shalat yang banyak, puasa, haji, dan umrah. Sesampainya di langit keenam, malaikat penjaga berkata :
“Aku malaikat penjaga Rahmat. Amal yang kelihatan bagus ini tamparkan ke mukanya. Selama hidup ia tidak pernah mengasihi orang lain, bahkan apabila ada orang ditimpa musibah ia merasa senang. Aku diperintahkan Allah agar amal ini tidak melewatiku, dan agar tidak sampai ke langit berikutnya.”
Kembali malaikat Hafadzah naik ke langit. Dan kali ini adalah langit ke tujuh. Ia membawa amalan yang tidak kalah baik dari yang lalu. Seperti sedekah, puasa, shalat, jihad, dan wara’. Suaranya pun menggeledek bagaikan petir menyambar-nyambar, bercahaya bak kilat. Tetapi sesampainya di langit ke tujuh, malaikat penjaga berkata :
“Aku malaikat penjaga SUM’AH (sifat ingin terkenal). Sesungguhnya pemilik amal ini menginginkan keteneran dalam setiap perkumpulan, menginginkan derajat tinggi di kala berkumpul dengan kawan sebaya, ingin dapat pengearuh dari para pemimpin. Aku diperintahkan Allah agar amal ini tidak melewatiku dan sampai kepada yang lain. Sebab ibadah yang tidak karena Allah adalah RIYA’. Allah tidak menerima ibadah orang-orang riya’.
Kemudian malaikat Hafadzah membawa amalan berupa shalat, puasa, haji, umrah, akhlaq mulia, pendiam, suka berdzikir kepada Allah. Dengan diiringi para malaikat, malaikat Hafadzah sampai kelangit ketujuh hingga menembus hijab-hijab dan sampailah di hadapan Allah SWT.
Para malaikat berdiri di depan Allah.
Semua malaikat menyaksikan amal ibadah itu dilakukan hambanya dgn shahih dan I K H L A S K A R E N A A L L A H SWT
Kemuadian Allah berfirman :
“Hai Hafadzah, malaikat pencatat amal hamba-Ku, Aku lah Yang Mengetahui isi hatinya. Ia beramal bukan untuk Aku, tetapi diperuntukkan bagi selain Aku, bukan diniatkan dan diikhlashkan untuk Ku. Aku lebih mengetahui dari pada kalian. Aku laknat mereka yang telah menipu orang lain dan juga menipu kalian (para malaikat Hafadzah). Tetapi Aku tidak tertipu olehnya.”
“Aku lah Yang Maha Mengetahui hal-hal ghaib. Aku Mengetahuisegala isi hatinya, dan yang samar tidaklah samar bagi Ku. Setiap yang tersembunyi tidak tersembunyi bagi Ku. Pengetahuan Ku atas segala yang telah lewat sama dengan yang akan datang. Pengetahuan Ku atas orang-orang terdahulu sama dengan Pengetahuan Ku atas orang-orang kemudian”.
“Aku lebih mengetahui atas segala sesuatu yang samar dan rahasia. Bagaimana bisa hamba Ku menipu dengan amalnya. Bisa mereka menipu sesama makhluk, tetapi Aku Yang Mengetahui hal-hal yang ghaib. Aku tetap melaknatnya.”
Tujuh malaikat di antara tiga ribu malaikat berkata : “Ya Tuhan, dengan demikian tetaplah laknat-Mu dan laknat kami atas mereka.”
Kemudian semua yang berada di langit mengucapkan: : “Tetaplah laknat Allah kepadanya, dan laknat orang yang melaknat.”
Sayyidina Muadz (yang meriwayatkan hadits ini) kemudian menangis tersedu-sedu. Selanjutnya berkata : “Ya Rasulullah, bagaimana aku bisa selamat dari semua yang baru engkau ceritakan itu ?”
Jawab Rasulullah : “Hai Muadz, ikutilah Nabimu dalam masalah keyakinan.”
Tanyaku lagi : “Engkau adalah Rasulullah, sedang aku hanyalah Muadz bin Jabal. Bagaimana aku bisa selamat dan terlepas dari bahaya tersebut?”
Bersabda Rasulullah : “Memang begitulah, bila ada kelengahan dalam amal ibadahmu, maka
JAGALAH MULUTMU JANGAN SAMPAI MENJELEKAN ORANG LAIN, TERUTAMA KEPADA SESAMA ULAMA. INGATLAH DIRI SENDIRI TATKALA HENDAK MENJELEKAN ORANG LAIN, SEHINGGA SADAR BAHWA DIRIMU PUN PENUH AIB. JANGAN MENUTUPI KEKURANGAN DAN KESALAHANMU DENGAN MENJELEKAN ORANG LAIN. JANGAN MENGORBITKAN DIRI DENGAN MENEKANKAN DAN MENJATUHKAN ORANG LAIN. JANGAN RIYA’ DALAM BERAMAL, DAN JANGAN MEMENTINGKAN DUNIA DENGAN MENGABAIKAN AKHIRAT. JANGAN BERSIKAP KASAR DI DALAM MAJLIS AGAR ORANG TAKUT DENGAN KEBURUKAN AKHLAKMU. JANGAN SUKA MENGUNGKIT-UNGKIT KEBAIKAN. DAN JANGAN MENGHANCURKAN PRIBADI ORANG LAIN, KELAK ENGKAU AKAN DIROBEK-ROBEK DAN DIHANCURKAN OLEH ANJING JAHANNAM, sebagaimana firman Allah :
“…dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah lembut, ….” (An Naziat : 2)
Tanyaku selanjutnya, “Ya Rasulullah, siapa yang bakal kuat menanggung penderitaan berat itu?”
Jawab Rasulullah saw : “Muadz yang aku ceritakan tadi akan mudah bagi mereka yang dimudahkan oleh Allah. Engkau harus mencintai orang lain sebagaimana engkau menyayangi dirimu. Dan bencilah terhadap apa yang engkau benci. Jika demikian engkau selamat.”
Khalid bin Ma’dan RA meriwayatkan : “Sayyidina Muadz sering membaca hadits ini seperti seringnya membaca Al Quran, dan mempelajari hadits ini sebagaimana mempelajari Al Quran di dalam majlis.” (lihat Kitab Al Ittihaf halaman 226 jilid VIII, Khalid adalah seorang yang terpercaya dan “bid” berasal dari Syam Siria).
0 comments:
Post a Comment